Friday, July 23, 2010

Renungan di Malam Hari

Berapacu dalam menyelesaikan karya ilmiah. Meninggalkan sampah-sampah kegalauan yang pada masanya selalu menemani di setiap kelamnya malam. Ketika hemisfer-hemisfer seakan-akan menyatu membentuk alam super sadar dan integritas ego mulai terlihat cahaya terangnya dari celah-celah pintu yang mulai membuka secercah masa depan.

JAKARTA

wahai gedung-gedung pencakar langit...
wahai fatamorgana panasnya aspal jalanan...
wahai aroma karbon yang pekat...
wahai mahkluk-mahkluk pengerat...
wahai para penguasa parit-parit kumuh...
kisah ini jelas tertulis dalam sejarah hidupku...
kuperjuangkan nasibku,
kumantapkan mentalku,
kukorbankan perasaan cintaku,
kuhanyutkan dunia bermainku,
kujauhkan sentuhan lembut orang tuaku,
kulapangkan dada meninggalkan kota kelahiranku,
kupasrahkan panas yang memeluk tidur lelapku,
membakar dan mencekik setiap nafasku...
kubangun kembali kepercayaan diri,
yang berserakan laksana kepingan-kepingan keramik yang jatuh dari berdirinya...
tidak peduli anggapan pendatang yang terkesan udik...
apakah engkau masih sanggup?
masih sanggup menampung impian-impian baru?
masih luaskah hamparan cita-cita kota ini?
adakah peluang yang tersisa bagi kehadiranku?
Jakarta...